BERITA
13 Des 2025 | Kategori Berita: Teknologi
Biaya listrik pabrik merupakan salah satu komponen pengeluaran terbesar di industri manufaktur, terutama di pabrik spinning di mana mesin-mesin berat seperti ring spinning, air compressor, dan sistem HVAC menyedot energi dalam jumlah besar setiap hari.
Dengan tren global menuju sustainability dan efisiensi energi, banyak pabrik sekarang mempertimbangkan panel surya industri sebagai solusi tepat untuk menekan biaya operasional sekaligus menjawab tuntutan ramah lingkungan.
(1).jpg)
Industri tekstil, termasuk pabrik spinning, dikenal memiliki kebutuhan listrik yang intensif. Mesin produksi bekerja hampir 24 jam dengan beban listrik tinggi, sehingga biaya listrik pabrik menyumbang persentase signifikan dari total biaya produksi. Di saat harga listrik PLN untuk industri terus meningkat, strategi hemat listrik pabrik menjadi fokus utama dalam pengelolaan biaya operasional.
Setiap pabrik spinning memiliki karakteristik unik seperti lokasi pabrik, kapasitas produksi, jumlah spindle, dan konsumsi energi bulanan/tahunan yang besar. Biasanya, konsumsi listrik untuk mesin produksi dan fasilitas pendukung mendominasi struktur biaya tetap.
Listrik bukan hanya soal harga per kWh, tetapi juga pengaruhnya terhadap daya saing produk. Semakin efisien penggunaan energi, semakin kompetitif posisi pabrik di pasar lokal dan global.
Tarif listrik PLN untuk sektor industri tetap berada pada level yang cukup tinggi. Mengandalkan sumber listrik konvensional berarti terus bergantung pada kenaikan tarif di masa depan.
Operasional pabrik spinning yang mayoritas aktif di siang hari secara alami sinkron dengan produksi energi dari panel surya industri. Energi surya dapat memenuhi kebutuhan saat beban puncak sehingga mengurangi ketergantungan pada jaringan listrik utama.
Mengadopsi PLTS atap membantu menurunkan emisi karbon pabrik, sebuah keunggulan penting untuk memenuhi standar lingkungan dan menarik minat buyer yang semakin mengutamakan praktik ramah lingkungan dalam supply chain global.
Sistem PLTS atap bisa berupa instalasi rooftop on-grid, ground-mounted, atau carport PV. Pilihan tergantung luas area atap, orientasi sinar matahari, dan kebutuhan kapasitas listrik.
Desain harus mempertimbangkan kapasitas sistem (dalam kWp atau MWp), luas area atap tersedia, serta tingkat shading yang dapat mempengaruhi output energi.
Indonesia sebagai negara tropis memiliki potensi radiasi matahari yang tinggi sekitar 4,5–5,1 kWh/m² per hari, menjadikannya lokasi ideal bagi panel surya industri untuk menghasilkan listrik secara efisien.
Dengan sistem yang dirancang baik, PLTS dapat menggantikan porsi signifikan konsumsi listrik dari PLN dan membantu hemat listrik pabrik secara nyata.
Meskipun CAPEX (Capital Expenditure) awal untuk instalasi PLTS relatif besar, penurunan biaya per kWh listrik dan periode payback yang kompetitif (misalnya antara 5–10 tahun tergantung besar sistem dan tarif listrik) membuat investasi ini menarik secara finansial dalam jangka panjang.
Dengan substitusi listrik grid melalui energi surya, pabrik dapat mengurangi tagihan listrik bulanan secara signifikan, beberapa studi menunjukkan potensi pengurangan antara 40–60% dari total biaya listrik.
Menggunakan energi surya langsung mengurangi jejak karbon operasional pabrik, sebuah nilai tambah besar untuk strategi ESG dan dapat meningkatkan citra merek di mata konsumen serta pembeli internasional.
Yang artinya juga mendukung standar Higg Index, GOTS, ISO 14001, dan memperkuat posisi pabrik dalam supply chain global yang semakin berorientasi pada ESG.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM terus mendorong tren pemanfaatan PLTS atap, dengan peraturan yang lebih mendukung untuk mempermudah instalasi dan integrasi dengan jaringan listrik. Target nasional juga mencakup peningkatan kapasitas PLTS atap untuk mencapai target energi terbarukan nasional.
Implementasi PLTS mencakup audit energi, kajian feasibility, desain engineering, instalasi, commissioning, hingga monitoring dan maintenance. Semua tahapan ini penting untuk memastikan sistem berjalan optimal dan memberi hemat listrik pabrik yang diharapkan.
Beban tambahan dari panel perlu diperhitungkan secara struktural untuk memastikan keamanan. Di sisi lain, tantangan variabilitas cuaca dan integrasi kelistrikan perlu solusi teknis yang tepat melalui perencanaan matang dan penggunaan komponen berkualitas.
Mengintegrasikan panel surya industri di pabrik spinning bukan hanya soal menekan biaya listrik pabrik, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional dan menyokong visi industri yang lebih berkelanjutan.
Dengan potensi energi surya yang besar di Indonesia serta dukungan kebijakan terbaru, ini saatnya bergerak menuju era energi bersih dan efektif.
Untuk kebutuhan produk tekstil terbaik dan solusi yang mendukung kinerja pabrik Anda, silakan hubungi kami.
Bagikan
BERITA BARU